13 November 2013
Setelah lama tidak mengunjungi kota Medan, hari ini Ayah bersama om Sas dan om Buper dapat tugas kenegaraan ke Medan. Ditemani plant VS Zombie dan bacaan sifat sholat Nabi, 2 jam seperempat perjalanan dari Jakarta ke Medan terasa cepat sekali
Sampai di kualanamu, Ini Medan bung, eh bukan dink termyata Deli Serdang.
Ngomong-ngomong Kualanamu, pasti banyak yang terpesona dengan bandara ini, karena selain baru dan luas, tempatnya terkesan bersih dan teratur, sampai-sampai om Sas menyamakan bandara ini dengan bandara Narita Jepang, kalau bagi Ayah bandara kualanamu adalah versi kecil-sedangnya bandara suvarnabhumi, Thailand
Penampakan bandara suvarnabhumi eh kualanamu
Ayah pribadi sebenarnya ingin merasakan hebatnya kereta bandara dari kualanamu ke Medan, namun situasi belum memungkinkan, jadi perjalanan ke arah Medan ditempuh menggunakan roda empat.
Foto informasi stasiun yang terintegrasi dengan bandara Kualanamu
Setelah bertemu teman-teman di Medan, saat yang paling ditunggu-tunggu tiba, yaitu makan siang, maklum pagi ini berhasil melewatkan sarapan pagi dipesawat. ngak ngeh nama tempatnya masih disekitar daerah Tanjung Morawa, tapi telur bebek goreng dan daun singkong tumbuknya numero uno, jadi nambah deh makannya, hehehe
Daun singkong tumbuknya keburu habis disantap sebelum sempat terabadikan.
Nostalgia Kuliner
Makan sudah, ketemu teman-teman regional sudah, menjalankan tugas kenegaraan bisa dibilang sudah, tinggal melanjutkannya di Hotel sambil leyeh-leyeh, Izin sejenak untuk kembali menuju hotel.
Setelah cukup istirahat dan menjalankan tugas kenegaraan untuk meeting besok, makan malampun tiba. Untuk makan malam hari ini, sudah request ke om Sas dan om Buper untuk ke Mie Aceh Titi Bobrok, mau nostalgia Kuliner. buat yang pertama kali mendengar titi bobrok memang sedikit asing dengan kata ini, tapi buat orang yang tinggal di Medan kata ini sudah populer.
Naik apa nih ya ke tempatnya, maklum ngak mau ngerepotin temen-temen yang ada disini cuma untuk makan malam bersama. Kebetulan di depan hotel ada abang Bentor (becak yang menggunakan motor). Setelah tawar menawar yang sengit dengan abang Bentor, berangkatlah Ayah, om Sas dan om Buper menuju mie Aceh Titi Bobrok.
Bentor neng eh kak, bang, nyupir sendiri biar dapet diskon, hehehehe
Kira-kira setengah jam perjalanan, sampailah di Mie Aceh Titi Bobrok, sekarang tempatnya lebih luas dan lebih ramai.
Mie Aceh Titi Bobrok
Sekitar 8 tahun yang lalu, untuk kali pertama Ayah dikenalkan dengan Mie Aceh, mie yang kaya dengan bumbu rempah. Jujur Ayah terkejut pertama kali mencoba mie ini, rasanya sungguh berbeda, dan sejak saat itu Mie Aceh jadi daftar list makanan favorit Ayah. Sampai sekarangpun masih berpetualang mencari mie Aceh yang cocok dengan lidah Ayah ini dia petualangannya.
Mau pesan Mie Aceh daging, ternyata dagingnya hanya cukup untuk pesanan biasa, jadi deh memesan Mie Aceh telur, ditambah roti cane, martabak dan teh tarik sebagai pelengkap.
Mie aceh titi Bobrok, sayang rasanya sudah tidak sedahsyat saat pertamakali mencoba.
Rambutan Binjai
Menggunakan bentor yang sama, Ayah, om Sas dan om Buper kembali menelusuri jalan pulang, teringat beberapa pedagang yang menjajakan rambutan yang begitu menggoda, Ayah dan teman-teman mampir sejenak dipedagang rambutan Binjai. Rasanya yang manis ditambah deru mesin bentor, menjadi salahsatu pengalaman yang berkesan, “menikmati rambutan binjai diatas bentor”.
Sayangnya, saat akan masuk ke hotel, bapak satpam melarang kita untuk membawa masuk rambutan kedalam hotel, jadilah Ayah dan teman-teman menikmati rambutan binjai di depan hotel, hiks-hiks, mana perut udah kenyang.
Bersambung ke part 2