16 Dec 2010
Baru bertemu dengan Nara disore hari, pagi harinya Ayah harus berpisah dengan Nara lagi. mana berangkatnya pagi- pagi jadi ngak sempat melihat senyum terindah didunia. Selain kekecewaan itu, ditambah lagi kecewa karena kerja+jalan-jalan di belitong harus dipercepat karena ada miting tambahan di Palembang, jadi meskipun raga ini sudah di Palembang namun rasanya hati masih tertinggal di bumi laskar pelangi.
Miting berjalan cukup cepat,karena dari 4 project yang akan dibahas di agenda awal menjadi hanya 2 project saja. Setelah miting berjalan 80%, miting terbreak oleh waktunya makan siang. Atas rekomendasi rekan-rekan XL,makan siang kali ini kita menuju restaurant Sri Melayu.
Restoran ini bisa cukup luas, selain bangunan utama yang kapasitas besar, ada juga semacam saung yang pasti membuat orang yang menyantap makanan di dalamnya makin nyaman.
om Yudo, dan rekan-rekan lainnya yang datang terlebih dahulu kebetulan sudah menempati lantai dua, jadi Ayah, om Jamot, om Butan dan om Edwin akhirnya mengikuti ke lantai 2.
Menu yang siap santap adalah pindang, ada pindang patin, pindang baung, pindang tulang, pindang udang, dll wah kebetulan nih, sudah lama juga tidak menikmati pindang (terakhir tahun 2008 saat menuju Lahat). Sejak pertama merasakan nikmatnya pindang patin, Ayah jadi kepincut makanan khas yang satu ini. Berhubung pindang patin dan pindang tulang sudah pernah di coba, maka pilihan jatuh ke pindang Baung, apaan tuh? Kata pak pelayan itu salah satu ikan sungai yang jadi menu andalan restoran ini.
Sebelum pesanan datang, para penyantap disuguhkan makanan kecil seperti ikan kecil yang digoreng tepung, cumi-cumi, gado-gado, kerang, dan bermacam-macam sambal.
Tidak berapa lama, makanan dan minuman yang dipesan berdatangan, masakan pindang ditempatkan dalam wadah kecil yang ada tutupnya, jadi ketika dibuka masih banyak asap mengepul.ini nih fotonya pindang baung, mirip ikan lele ya.
Saat mencoba kuah pindang baung, rasa asam manis dan pedas terasa dimulut, rasa asam dari pindang sepertinya di sumbang oleh Nanas yang ikut dimasak bersama pindang. ditambah daging ikan yang lembut, membuat citarasanya pindang ini semakin mantabb. disebelah om Edwin ternyata memesan pindang patin, karena penasaran dengan rasa pindang patin di restoran ini, Ayahpun sedikit icip-icip pindang patin yang di pesan om Edwin. wah ternyata rasanya tidak kalah dengan pindang Baung yang dipesan Ayah. Tak terasa dua piring nasipun habis menemani nikmatnya pindang baung.
Dengan perut kenyang kembalilah Ayah, om Jamot, om Butan dan om Edwin kembali melanjutkan miting yang tertunda.
Tak terasa sudah tanggal 17 dec, setelah semalam menikmati suguhan bola antara Indonesia VS Filipina, hari ini Ayah kembali ke Jakarta. Kira-kira kapan nih ayah ke Palembang lagi untuk menikmati hidangan pindang khas kota ini dan mencoba makanan khas lainnya. Ada yang tau dimana bisa menikmati pindang di Depok?
10 September 2012
Ayah dapat kesempatan kembali mengunjungi bumi Wong kito
Selamat datang to Palembang city
Selesai mengambil barang bagasi, Ayah, Om sas, dan om Marthin menuju ke Palembang untuk mencari penginapan. ditengah jalan perut sudah mulai bernyanyi, atas rekomendasi om Arie, akhirnhya mampir ke rostoran pindang bernama Ibat Daun. Sayangnya hanya tersisa Pindang Patin saja, jadi deh siang itu makan Pindang Patin.
Ibat Daun
Jembatan Ampera & Benteng Kuto Besak
Pempek Saga
Pempek Lenggang/Lenggang Panggang
Jangan lupa beli kaos
tobe continue